Jumat, 16 Maret 2012

Langkah-Langkah PTK


Anda telah mempelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang
dikenal dengan istilah siklus (daur). Siklus / daur dalam PTK meliputi 4 tahap, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1. Tahap-Tahap dalam PTK
Keempat tahap tersebut merupakan suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap
akan selalu berulang kembali. Hasil refleksi dari siklus sebelumnya yang telah
dilakukan akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan
berikutnya, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki proses
pembelajaran atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan
guru. Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra PTK yaitu
identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis
tindakan.
a. Identifikasi masalah
Salah satu ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai
sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang
perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan
Drs. Sunyono, M.Si.
6

adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai
seorang guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran
yang dikelola merupakan bagian penting dari dunia Anda.
Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari masalah-masalah yang muncul di
kelas. Jika telah ditemukan, maka sebaiknya dituliskan semua.
Contohnya:
• Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,0
• Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah.
• Tingkat kehadiran siswa rendah (setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos
tanpa izin).
• Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun
siswa berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya,
tidak satupun siswa yang berani untuk bertanya.
• Siswa tidak dapat melihat hubungan antara topik yang satu dengan lainnya.
• Perhatian siswa cenderung tidak fokus.
• Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan bahan.
• Sebagian besar (40 %) siswa berasal dari keluarga tidak mampu (ekonomi lemah).
• Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam sekitarnya.
• Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar anak.
• Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampilan.
b. Analisis masalah dan perumusan masalah
Setelah masalah di kelas berhasil Anda identifikasi, selanjutnya lakukanlah analisis
dengan instrospeksi diri melalui pertanyaan-pertanyaan:
1. Mengapa hasil belajar dan peran serta siswa dalam pembelajaran selalu rendah ?
2. Apakah cara mengajar saya yang kurang menarik ?
3. Apakah contoh-contoh yang selalu saya berikan kurang konkrit dan sulit diterima
siswa?
4. Apakah saya dalam mengajar menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami
siswa?
5. Apakah nada suara saya tidak bisa didengar oleh siswa ? Dan sebagainya.
Dari pertanyaan tersebut, lalu pikirkanlah apa yang harus anda lakukan untuk
mengatasi masalah-masalah di atas, lalu seleksi masalah mana yang paling mungkin
dilakukan dan dipecahkan melalui PTK?. Perhatikan rambu-rambu dalam merancang
Drs. Sunyono, M.Si.
7

PTK dengan melihat bidang yang layak dijadikan fokus PTK. Bidang tersebut adalah
yang:
1. melibatkan proses belajar dan mengajar.
2. ditangani oleh guru
3. sangat menarik minat guru
4. ingin diubah / diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui PTK.
Masalah yang berhasil dianalisis mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk
dikaji. Oleh sebab itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang
mungkin dapat dipecahkan dengan PTK. Selanjutnya, masalah tersebut perlu
dirumuskan yang pada umumnya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya dari contoh
masalah yang berhasil diidentifikasi di atas, masalah ekonomi orang tua, dukungan
orang tua, keterbatasan alat dan bahan, dan tidak layaknya prasarana adalah
masalah-masalah yang tidak mudah dipecahkan dengan PTK.
Contoh rumusan masalah:
• Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan
aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?
• Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris?
• Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based Learning)
pada mata pelajaran IPS untuk kelas V SDN 04 Bandar Lampung?
c. Perumusan hipotesis tindakan
Setelah masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan dengan terlebih
dahulu merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru
tentang cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah. Hipotesis ini disusun
berdasarkan kajian berbagai teori, hasil penelitian yang pernah dilakukan dan relevan,
diskusi dengan teman sejawat, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru.
Contoh:
1. Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia
kelas X SMA Swadhipa Natar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam
pembelajaran maupun dalam eksperimen kimia.
2. Tugas akan lebih menantang dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris, jika
Drs. Sunyono, M.Si.
8

materi tugasnya diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa atau dari
lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
3. Penerapan PBL pada mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 04 Bandar Lampung , jika
disajikan melalui diskusi dan masalah yang di bahas adalah masalah yang
masih hangat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dari lingkungan
siswa.
Berangkat dari hasil pelaksanaan pra-PTK, maka perancangan PTK dapat kita buat,
melalui tahapan-tahapan dalam PTK
B1. Perencanaan tindakan
Berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang telah berhasil dirumuskan,
selanjutnya susunlah perencanaan tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis
tindakan yang telah ditentukan di atas. Rencana tindakan ini mencakup seluruh
langkah tindakan secara rinci. Tuliskanlah rencana tindakan yang diperlukan untuk
melaksanakan PTK, mulai dari materi / bahan ajar, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang mencakup metode / teknik mengajar, sampai pada instrumen
pengamatan (observasi) dan evaluasi.
Contoh ilustrasi
Bapak Yamin, seorang guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah telah
berhasil mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelasnya dan
berhasil merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran dengan metode
eksperimen pola SEQIP pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan
penguasaan materi siswa kelas IV SD 01 Endangrejo?”. Kemudian Pak Yamin,
merumuskan alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan
merumuskan hipotesis tindakan (jawaban sementara terhadap masalah tersebut) yaitu
”Pembelajaran IPA Kelas IV SD dengan menggunakan metode eksperimen pola
SEQIP dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi IPA siswa”. Selanjutnya,
Pak Yamin melakukan persiapan dan perencanaan untuk melaksanakan PTK di
kelasnya. Perncanaan yang disusun Pak Yamin adalah:
• menetapkan materi pokok pada mata pelajaran IPA yang menjadi sumber
masalah rendahnya hasil belajar siswa.
• menetapkan rencana siklus tindakan, yaitu PTK akan dilakukan dalam tiga
siklus tindakan.
• menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Drs. Sunyono, M.Si.
9

• menyusun bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi
eksperimen pola SEQIP.
• menyusun alat (instrumen) observasi baik untuk siswa maupun untuk guru
peneliti.
• menyusun rencana evaluasi (tes hasil belajar) untuk melihat tingkat
penguasaan materi siswa pada tiap siklusnya.
B2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana
tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan
pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang
berlaku. Tentu saja rencana tindakan di atas harus sudah ”dilatihkan” kepada
pelaksana tindakan (guru peneliti) untuk dapat dilaksanakan di kelas agar sesuai
dengan skenario pembelajaran yang dibuat. Pada PTK yang dilakukan oleh guru,
pelaksanaan tindakan ini umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan,
dengan jumlah siklus tertentu. Waktu dan jumlah siklus yang dilakukan tersebut
dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa materi pokok dari mata
pelajaran tertentu. Contoh berikut menyajikan ringkasan skenario pembelajaran yang
akan dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan.
Contoh: Ibu Rini, guru SMP Sriwijaya Natar telah merancang sebuah skenario
pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajrannya. Secara
ringkas, Ibu Rini telah merancang penerapan metode diskusi dan pemberian tugas
dalam pembelajaran mata pelajaran IPS untuk semester 2 kelas VII selama 3 siklus.
Format tugas dari ibu Rini dalam pembelajarannya: pembagian kelompok kecil sesuai
jumlah materi pokok, pilih ketua, sekretaris, dll, oleh dan dari anggota kelompok,
membagi topik bahasan kepada kelompok dengan cara random (acak) dan
menyenangkan.
Kegiatan kelompok: mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja
/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi pada OHT (disediakan guru,
setiap kelompok 3 lembar plastik OHT) untuk persiapan presentasi.
Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya /
diskusinya dalam pleno kelas, Ibu Rini (guru) bertindak sebagai moderator, siswa
melakukan diskusi, mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
Jenis data yang dikumpulkan Ibu Rini: makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif berdiskusi, peran guru dalam pembelajaran yang dinilai
Drs. Sunyono, M.Si.
10

oleh observer (teman sejawat yang juga guru IPS), dan catatan lapangan selama
proses pembelajaran berlangsung.
B3. Tahap pengamatan / observasi
Tahap pengamatan / observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar /
instrumen observasi / evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, nilai tugas, dll), tetapi juga data
kualitatif yang menggambarkan keaktivan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran,
kualitas diskusi, dan lain-lain. Lembar pengamatan yang disusun bergantung dari data
apa yang akan dikumpulkan, misalnya guru peneliti akan mengkaji aktivitas siswa
dalam pembelajaran, guru dapat mengamati aktivitas Off Task (yaitu aktivitas yang
tidak dikehendaki) atau aktivitas On Task (yaitu aktivitas siswa yang diinginkan).
Contoh instrumen aktivitas Off Task:
Jumlah Siswa tiap siklus
No
Komponen Off Task
Siklus 1
Siklus 2
Dst
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
1
Ngobrol
2
Mengganggu Teman
3
Keluar Masuk Kelas
4
Melamun / Mengantuk
5
Mainan HP, dsb.
Contoh instrumen aktivitas On Task:
Siklus I
Siklus 2
dst
No
Aspek Aktivitas
Jlh % Jlh
%
1
Bertanya pada guru
2.
Menjawab pertanyaan guru
3
Menjawab pertanyaan dari teman
4
Memberikan pendapat dalam diskusi
6
Ketepatan mengumpulkan tugas, dsb
Petunjuk: Berilah tanda () di bawah skor 5 apabila anda anggap bahwa cara
melakukan aspek aktivitas sangat tepat, skor 4 bila tepat, skor 3 bila agak
tepat, skor 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak tepat atau tidak
dilakukan untuk setiap pernyataan di bawah ini!
Contoh instrumen pengamatan terhadap guru yang mengajar disajikan berikut:
Drs. Sunyono, M.Si.
11

No
Aspek yang Diamati
TA
K
A
A.
Pendahuluan
1.
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
2.
Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
3.
Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk memotivasi siswa
B.
Kegiatan Inti
1.
Menguasai materi pelajaran dengan baik
2.
Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator
3.
Berperan sebagai fasilitator
4.
Mengajukan pertanyaan pada siswa
5.
Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan
6.
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
7.
Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik
8.
Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum
9.
Kejelasan menyajikan konsep
10.
Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
terkait dengan teknologi
11.
Memberi motivasi dan penguatan
C.
Penutup
1.
Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan
2.
Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang
3.
Memberi tugas pada siswa
4.
Mengadakan evaluasi
Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).
Anda masih dapat mengembangkan lagi instrumen-instrumen observasi lain,
bergantung pada data yang ingin Anda dapatkan untuk menguji hipotesis dan
menjawab permasalahan. Selain instrumen-instrumen observasi yang bersifat
terstruktur tersebut, observasi juga dapat dilakukan dengan instrumen terbuka,
misalnya dengan menggunakan catatan lapangan atau dengan cara wawancara.
Dalam tahap observasi ini, guru bisa dibantu oleh pengamat (observer) dari luar yaitu
teman sejawat atau pakar, disarankan agar teman sejawat yang menjadi observer
adalah yang bidang studinya sama atau serumpun. Dengan kehadiran observer dari
luar ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Observer ini hanya
bertindak membantu melakukan pengamatan dan tidak boleh terlibat terlalu jauh dalam
pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh guru peneliti.
Data yang telah dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsyahannya
dengan teknik tertentu, misalnya teknik triangulasi, membandingkan data yang
diperoleh dengan data sebelumnya, atau membandingkan data yang diperoleh dengan
kriteria tertentu (indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti sendiri) atau
kriteria yang telah baku (misalnya nilai standar UN), dan sebagainya.
Contoh indikator yang ditetapkan oleh peneliti:
”Penelitian tindakan kelas ini berhasil, apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada setiap siklusnya dan lebih dari 80 % siswa memperoleh nilai ≥ 70,
baik nilai kognitif maupun psikomotor”.
Drs. Sunyono, M.Si.
12

B4. Tahap refleksi
Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru merenungkan diri: mengapa satu
kejadian berlangsung? dan mengapa seperti itu kejadiannya?. Guru juga merenung:
mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa usaha yang lain gagal?.
Dengan melakukan refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dari
PTK yang dilakukannya, apa yang belum dapat dicapai, dan apa yang masih perlu
diperbaiki lagi pada pembelajaran berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup kegiatan
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan. Hasil refleksi berupa kesimpulan yang mantap dan tajam. Hasil refleksi
digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai
tujuan PTK. Bila masalah PTK belum tuntas atau indikator belum tercapai, maka PTK
akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus
sebelumnya
C. Menyusun Proposal (Usulan) PTK
Peneliti PTK dalam bentuk kolaborasi dapat terdiri dari dosen LPTK dan guru (TK, SD,
SMP, SMA/SMK). Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK,
sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi.
Sistematika Usulan PTK
1. Judul.
Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu
menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan,
dan tempat penelitian. Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata,
bahkan ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak
boleh lebih dari 15 kata.
Contoh judul PTK:
a. Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP “SS”
Gunungmadu melalui Pemberian Tugas Terstruktur.
b. Penerapan Metode Eksperimen Kimia Berbasis Lingkungan untuk
Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar.
c. Pelaksanaan Metode Diskusi dan Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Sriwijaya Natar.
Drs. Sunyono, M.Si.
13

2. Pendahuluan
Bagian ini merupakan bagian yang menjelaskan tentang masalah pembelajaran di
kelas, proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan
mengapa masalah itu penting untuk diteliti, atau dengan kata lain bagian ini
menguraikan / menjelaskan Latar Belakang Masalah.
3. Perumusan dan Pemecahan Masalah
a. Perumusan masalah. Pada bagian ini umumnya terdiri dari jabaran tentang
perumusan masalah. Sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat
tanya. Perhatikan kembali bagian B (b) di atas. Dalam rumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalahnya.
b. Pemecahan masalah. Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan
yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang
digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah
penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan
pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas
dan terarah.
4. Tujuan dan manfaat penelitian
a. Tujuan: Kemukakan secara singkat tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin
dicapai dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan.
Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha mencari jawaban apakah tindakan
perbaikan yang kita lakukan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sebagai
ilustrasi dapat dilihat contoh berikut:
Contoh:
Masalah yang dirumuskan: ”Bagaimana penerapan metode diskusi dan pemberian
tugas pada mata pelajaran IPS di kelas VII Semester 2 dalam meningkatkan hasil
belajar siswa?.
Tujuan penelitiannya: 1) Mendiskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada
mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Mendiskripsikan bagaimana teknik pemberian tugas yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Contoh ilustrasi 2.
Penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi antara dosen FKIP Unila (Bp. Sunyono)
dengan guru SMA Swadhipa Natar (Ibu Siti Maryatun) dilakukan terhadap kelas X
Drs. Sunyono, M.Si.
14

semester 2 SMA Swadhipa Natar dengan menerapkan metode eksperimen kimia
berbasis lingkungan.
Masalah yang dirumuskan: Apakah penerapan metode eksperimen berbasis
lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam
belajar kimia?
Tujuan penelitiannya: 1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran
kimia di semester 2 kelas X dari siklus ke siklus.
2) Meningkatkan aktivitas psikomotorik (keterampilan) siswa
pada saat eksperimen di laboratorium dari siklus ke siklus.
b. Manfaat Penelitian: Uraikan manfaat PTK ini terhadap kualitas pembelajaran
dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan
mungkin juga komponen sekolah lainnya. Lihat pembahasan sebelumnya.
5. Kajian pustaka
Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan,
dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah
yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan
hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan.
Sebagai contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model
pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas
dapat dikemukakan:
a) bagaimana teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung /
mengemukakan teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya,
dan lain-lain.
b) bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan
sebagainya.
c) bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut
dengan perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan
dipecahkan, dan hendaknya dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
d) bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan
model tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.
Drs. Sunyono, M.Si.
15

6. Metode penelitian / Prosedur penelitian
Prosedur penelitian hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang atau
siklus tindakan. Tunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak dilakukan dengan
menguraikan indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam setiap siklusnya. Jumlah
siklus yang dilakukan bergantung pada kepuasan peneliti, tetapi hendaknya lebih dari
satu siklus dan minimal 2 (dua) siklus tindakan. Perhatikan daur (siklus) PTK berikut:
Rencana
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Siklus 1
Analisis &
Refleksi
Perbaikan Rencana
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Analisis &
Refleksi
Siklus 2
DST
7. Jadwal kegiatan penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan
persiapan siklus berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal
penelitian sebaiknya dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
Drs. Sunyono, M.Si.
16

8. Personalia penelitian
Seluruh tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, nip, pangkat /
golongan, jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan tugas
pada pelaksanaan PTK.
9. Biaya penelitian
Berisi rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti, persiapan,
pelaksanaan (pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data, dll), sampai pada
penyusunan laporan.
10. Daftar Pustaka
Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus
dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan
abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association
(APA).
• Untuk buku teks: Nama penulis, Tahun., Judul buku., Penerbit, Kota penerbit.
• Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama
penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.
• Untuk Jurnal/Majalah: Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah
(huruf miring), No., Volume.
• Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian: Nama Peneliti, Tahun., Judul penelitian,
Jenis penelitian., Sponsor/Sumber dana, Kota.
Contoh:
Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan
Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Duffy, D.G., Show, S.A., Bare, W.D., and Goldsby, K.A., 1995. More Chemistry in a
Soda Bottle, A Conversation of Mass Activity., Journal of Chemical
Education, 72 (8), 734 – 736.
Heri Purwanto., 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan
Kemampuan Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di
Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1
SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan
Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK &
KPT Ditjen Dikti, 2005.
Vossen, H., 1986. Kompendium Didaktik Kimia., Penerbit: CV. Remaja Karya.
Bandung.
Drs. Sunyono, M.Si.
17

Mohammad,
T.,
2004.
Mengapa
Mengantuk
Saat
Belajar?.
http//www.myschoolnet.ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02/htm.,
Diakses tanggal 23 Juli 2007.
11. Lampiran
Pada bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK,
umunya meliputi:
1. Instrumen Observasi dan Evaluasi
2. Rancangan Pembelajaran (Silabus dan RPP)
3. Curriculum Vitae Semua Tim Peneliti (jika kelompok)
4. Lain-lain yang dianggap perlu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar