Anda
telah mempelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang
dikenal
dengan istilah siklus (daur). Siklus / daur dalam PTK meliputi 4 tahap, yaitu
perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar
1. Tahap-Tahap dalam PTK
Keempat
tahap tersebut merupakan suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap
akan
selalu berulang kembali. Hasil refleksi dari siklus sebelumnya yang telah
dilakukan
akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan
berikutnya,
jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki proses
pembelajaran
atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan
guru.
Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra PTK yaitu
identifikasi
masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis
tindakan.
a.
Identifikasi masalah
Salah
satu ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai
sesuatu
yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang
perlu
diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan
Drs.
Sunyono, M.Si.
6
adanya
masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai
seorang
guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran
yang
dikelola merupakan bagian penting dari dunia Anda.
Identifikasi
masalah dilakukan dengan mencari masalah-masalah yang muncul di
kelas.
Jika telah ditemukan, maka sebaiknya dituliskan semua.
Contohnya:
•
Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,0
•
Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah.
•
Tingkat kehadiran siswa rendah (setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos
tanpa
izin).
•
Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun
siswa
berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya,
tidak
satupun siswa yang berani untuk bertanya.
•
Siswa tidak dapat melihat hubungan antara topik yang satu dengan lainnya.
•
Perhatian siswa cenderung tidak fokus.
•
Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan bahan.
•
Sebagian besar (40 %) siswa berasal dari keluarga tidak mampu (ekonomi lemah).
•
Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam sekitarnya.
•
Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar anak.
•
Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampilan.
b.
Analisis masalah dan perumusan masalah
Setelah
masalah di kelas berhasil Anda identifikasi, selanjutnya lakukanlah analisis
dengan
instrospeksi diri melalui pertanyaan-pertanyaan:
1.
Mengapa hasil belajar dan peran serta siswa dalam pembelajaran selalu rendah ?
2.
Apakah cara mengajar saya yang kurang menarik ?
3.
Apakah contoh-contoh yang selalu saya berikan kurang konkrit dan sulit diterima
siswa?
4.
Apakah saya dalam mengajar menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami
siswa?
5.
Apakah nada suara saya tidak bisa didengar oleh siswa ? Dan sebagainya.
Dari
pertanyaan tersebut, lalu pikirkanlah apa yang harus anda lakukan untuk
mengatasi
masalah-masalah di atas, lalu seleksi masalah mana yang paling mungkin
dilakukan
dan dipecahkan melalui PTK?. Perhatikan rambu-rambu dalam merancang
Drs.
Sunyono, M.Si.
7
PTK
dengan melihat bidang yang layak dijadikan fokus PTK. Bidang tersebut adalah
yang:
1.
melibatkan proses belajar dan mengajar.
2.
ditangani oleh guru
3.
sangat menarik minat guru
4.
ingin diubah / diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui PTK.
Masalah
yang berhasil dianalisis mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk
dikaji.
Oleh sebab itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang
mungkin
dapat dipecahkan dengan PTK. Selanjutnya, masalah tersebut perlu
dirumuskan
yang pada umumnya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya dari contoh
masalah
yang berhasil diidentifikasi di atas, masalah ekonomi orang tua, dukungan
orang
tua, keterbatasan alat dan bahan, dan tidak layaknya prasarana adalah
masalah-masalah
yang tidak mudah dipecahkan dengan PTK.
Contoh
rumusan masalah:
•
Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan
aktivitas
siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?
•
Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa
kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris?
•
Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based Learning)
pada
mata pelajaran IPS untuk kelas V SDN 04 Bandar Lampung?
c.
Perumusan hipotesis tindakan
Setelah
masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan dengan terlebih
dahulu
merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru
tentang
cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah. Hipotesis ini disusun
berdasarkan
kajian berbagai teori, hasil penelitian yang pernah dilakukan dan relevan,
diskusi
dengan teman sejawat, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru.
Contoh:
1.
Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia
kelas
X SMA Swadhipa Natar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam
pembelajaran
maupun dalam eksperimen kimia.
2.
Tugas akan lebih menantang dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa
kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris, jika
Drs.
Sunyono, M.Si.
8
materi
tugasnya diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa atau dari
lingkungan
kehidupan siswa sehari-hari.
3.
Penerapan PBL pada mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan dapat
meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas V SDN 04 Bandar Lampung , jika
disajikan
melalui diskusi dan masalah yang di bahas adalah masalah yang
masih
hangat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dari lingkungan
siswa.
Berangkat
dari hasil pelaksanaan pra-PTK, maka perancangan PTK dapat kita buat,
melalui
tahapan-tahapan dalam PTK
B1. Perencanaan
tindakan
Berdasarkan
masalah dan hipotesis tindakan yang telah berhasil dirumuskan,
selanjutnya
susunlah perencanaan tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis
tindakan
yang telah ditentukan di atas. Rencana tindakan ini mencakup seluruh
langkah
tindakan secara rinci. Tuliskanlah rencana tindakan yang diperlukan untuk
melaksanakan
PTK, mulai dari materi / bahan ajar, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran
yang mencakup metode / teknik mengajar, sampai pada instrumen
pengamatan
(observasi) dan evaluasi.
Contoh
ilustrasi
Bapak
Yamin, seorang guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah telah
berhasil
mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelasnya dan
berhasil
merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran dengan metode
eksperimen
pola SEQIP pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan
penguasaan
materi siswa kelas IV SD 01 Endangrejo?”. Kemudian Pak Yamin,
merumuskan
alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan
merumuskan
hipotesis tindakan (jawaban sementara terhadap masalah tersebut) yaitu
”Pembelajaran
IPA Kelas IV SD dengan menggunakan metode eksperimen pola
SEQIP
dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi IPA siswa”. Selanjutnya,
Pak
Yamin melakukan persiapan dan perencanaan untuk melaksanakan PTK di
kelasnya.
Perncanaan yang disusun Pak Yamin adalah:
•
menetapkan materi pokok pada mata pelajaran IPA yang menjadi sumber
masalah
rendahnya hasil belajar siswa.
•
menetapkan rencana siklus tindakan, yaitu PTK akan dilakukan dalam tiga
siklus
tindakan.
•
menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Drs.
Sunyono, M.Si.
9
•
menyusun bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi
eksperimen
pola SEQIP.
•
menyusun alat (instrumen) observasi baik untuk siswa maupun untuk guru
peneliti.
•
menyusun rencana evaluasi (tes hasil belajar) untuk melihat tingkat
penguasaan
materi siswa pada tiap siklusnya.
B2. Pelaksanaan
tindakan
Pada
tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana
tindakan
yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan
pada
perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang
berlaku.
Tentu saja rencana tindakan di atas harus sudah ”dilatihkan” kepada
pelaksana
tindakan (guru peneliti) untuk dapat dilaksanakan di kelas agar sesuai
dengan
skenario pembelajaran yang dibuat. Pada PTK yang dilakukan oleh guru,
pelaksanaan
tindakan ini umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan,
dengan
jumlah siklus tertentu. Waktu dan jumlah siklus yang dilakukan tersebut
dibutuhkan
untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa materi pokok dari mata
pelajaran
tertentu. Contoh berikut menyajikan ringkasan skenario pembelajaran yang
akan
dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan.
Contoh:
Ibu Rini,
guru SMP Sriwijaya Natar telah merancang sebuah skenario
pembelajaran
dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajrannya. Secara
ringkas,
Ibu Rini telah merancang penerapan metode diskusi dan pemberian tugas
dalam
pembelajaran mata pelajaran IPS untuk semester 2 kelas VII selama 3 siklus.
Format
tugas dari ibu Rini dalam pembelajarannya: pembagian kelompok kecil sesuai
jumlah
materi pokok, pilih ketua, sekretaris, dll, oleh dan dari anggota kelompok,
membagi
topik bahasan kepada kelompok dengan cara random (acak) dan
menyenangkan.
Kegiatan
kelompok: mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja
/
belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi pada OHT (disediakan guru,
setiap
kelompok 3 lembar plastik OHT) untuk persiapan presentasi.
Presentasi
dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya /
diskusinya
dalam pleno kelas, Ibu Rini (guru) bertindak sebagai moderator, siswa
melakukan
diskusi, mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
Jenis
data yang dikumpulkan Ibu Rini: makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja
kelompok,
siswa yang aktif berdiskusi, peran guru dalam pembelajaran yang dinilai
Drs.
Sunyono, M.Si.
10
oleh
observer (teman sejawat yang juga guru IPS), dan catatan lapangan selama
proses
pembelajaran berlangsung.
B3. Tahap
pengamatan / observasi
Tahap
pengamatan / observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan
tindakan. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan
dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar /
instrumen
observasi / evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara
cermat
pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya
terhadap
proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif
(hasil tes, ulangan harian, presentasi, nilai tugas, dll), tetapi juga data
kualitatif
yang menggambarkan keaktivan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran,
kualitas
diskusi, dan lain-lain. Lembar pengamatan yang disusun bergantung dari data
apa
yang akan dikumpulkan, misalnya guru peneliti akan mengkaji aktivitas siswa
dalam
pembelajaran, guru dapat mengamati aktivitas Off Task (yaitu aktivitas yang
tidak
dikehendaki) atau aktivitas On Task (yaitu aktivitas siswa yang diinginkan).
Contoh
instrumen aktivitas Off Task:
Jumlah
Siswa tiap siklus
No
Komponen
Off Task
Siklus
1
Siklus
2
Dst
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
1
Ngobrol
2
Mengganggu
Teman
3
Keluar
Masuk Kelas
4
Melamun
/ Mengantuk
5
Mainan
HP, dsb.
Contoh
instrumen aktivitas On Task:
Siklus
I
Siklus
2
dst
No
Aspek
Aktivitas
Jlh
% Jlh
%
1
Bertanya
pada guru
2.
Menjawab
pertanyaan guru
3
Menjawab
pertanyaan dari teman
4
Memberikan
pendapat dalam diskusi
6
Ketepatan
mengumpulkan tugas, dsb
Petunjuk: Berilah tanda (√) di bawah skor 5 apabila
anda anggap bahwa cara
melakukan
aspek aktivitas sangat tepat, skor 4 bila tepat, skor 3 bila agak
tepat,
skor 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak tepat atau tidak
dilakukan
untuk setiap pernyataan di bawah ini!
Contoh
instrumen pengamatan terhadap guru yang mengajar disajikan berikut:
Drs.
Sunyono, M.Si.
11
No
Aspek
yang Diamati
TA
K
A
A.
Pendahuluan
1.
Mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran
2.
Menghubungkan
dengan pelajaran yang lalu
3.
Menghubungkan
materi dengan lingkungan sehari-hari untuk memotivasi siswa
B.
Kegiatan
Inti
1.
Menguasai
materi pelajaran dengan baik
2.
Ksesuaian
materi yang di bahas dengan indikator
3.
Berperan
sebagai fasilitator
4.
Mengajukan
pertanyaan pada siswa
5.
Memberi
waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan
6.
Memberi
kesempatan siswa untuk bertanya
7.
Menguasai
penggunaan alat dan bahan praktik
8.
Memberikan
bimbingan pada kegiatan praktikum
9.
Kejelasan
menyajikan konsep
10.
Memberi
contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
terkait
dengan teknologi
11.
Memberi
motivasi dan penguatan
C.
Penutup
1.
Membimbing
siswa diskusi dan membuat kesimpulan
2.
Mengaitkan
materi dengan pelajaran yang akan datang
3.
Memberi
tugas pada siswa
4.
Mengadakan
evaluasi
Keterangan:
TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).
Anda
masih dapat mengembangkan lagi instrumen-instrumen observasi lain,
bergantung
pada data yang ingin Anda dapatkan untuk menguji hipotesis dan
menjawab
permasalahan. Selain instrumen-instrumen observasi yang bersifat
terstruktur
tersebut, observasi juga dapat dilakukan dengan instrumen terbuka,
misalnya
dengan menggunakan catatan lapangan atau dengan cara wawancara.
Dalam
tahap observasi ini, guru bisa dibantu oleh pengamat (observer) dari luar yaitu
teman
sejawat atau pakar, disarankan agar teman sejawat yang menjadi observer
adalah
yang bidang studinya sama atau serumpun. Dengan kehadiran observer dari
luar
ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Observer ini hanya
bertindak
membantu melakukan pengamatan dan tidak boleh terlibat terlalu jauh dalam
pengambilan
keputusan tindakan yang dilakukan oleh guru peneliti.
Data
yang telah dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsyahannya
dengan
teknik tertentu, misalnya teknik triangulasi, membandingkan data yang
diperoleh
dengan data sebelumnya, atau membandingkan data yang diperoleh dengan
kriteria
tertentu (indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti sendiri) atau
kriteria
yang telah baku (misalnya nilai standar UN), dan sebagainya.
Contoh
indikator yang ditetapkan oleh peneliti:
”Penelitian
tindakan kelas ini berhasil, apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil
belajar
siswa pada setiap siklusnya dan lebih dari 80 % siswa memperoleh nilai ≥ 70,
baik
nilai kognitif maupun psikomotor”.
Drs.
Sunyono, M.Si.
12
B4. Tahap
refleksi
Dengan
dibantu oleh hasil analisis data, guru merenungkan diri: mengapa satu
kejadian
berlangsung? dan mengapa seperti itu kejadiannya?. Guru juga merenung:
mengapa
satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa usaha yang lain gagal?.
Dengan
melakukan refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dari
PTK
yang dilakukannya, apa yang belum dapat dicapai, dan apa yang masih perlu
diperbaiki
lagi pada pembelajaran berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup kegiatan
analisis,
sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan.
Hasil refleksi berupa kesimpulan yang mantap dan tajam. Hasil refleksi
digunakan
untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai
tujuan
PTK. Bila masalah PTK belum tuntas atau indikator belum tercapai, maka PTK
akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus
sebelumnya
C. Menyusun
Proposal (Usulan) PTK
Peneliti
PTK dalam bentuk kolaborasi dapat terdiri dari dosen LPTK dan guru (TK, SD,
SMP,
SMA/SMK). Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK,
sedangkan
langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi.
Sistematika
Usulan PTK
1.
Judul.
Judul
PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu
menggambarkan
masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan,
dan
tempat penelitian. Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata,
bahkan
ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak
boleh
lebih dari 15 kata.
Contoh
judul PTK:
a.
Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP “SS”
Gunungmadu
melalui Pemberian Tugas Terstruktur.
b.
Penerapan Metode Eksperimen Kimia Berbasis Lingkungan untuk
Meningkatkan
Aktivitas Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar.
c.
Pelaksanaan Metode Diskusi dan Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Hasil
Belajar
IPS Siswa Kelas VII SMP Sriwijaya Natar.
Drs.
Sunyono, M.Si.
13
2.
Pendahuluan
Bagian
ini merupakan bagian yang menjelaskan tentang masalah pembelajaran di
kelas,
proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan
mengapa
masalah itu penting untuk diteliti, atau dengan kata lain bagian ini
menguraikan
/ menjelaskan Latar Belakang Masalah.
3.
Perumusan dan Pemecahan Masalah
a.
Perumusan masalah. Pada
bagian ini umumnya terdiri dari jabaran tentang
perumusan
masalah. Sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat
tanya.
Perhatikan kembali bagian B (b) di atas. Dalam rumusan masalah dapat
dijelaskan
definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Selanjutnya
dicari alternatif pemecahan masalahnya.
b.
Pemecahan masalah. Pada
bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan
yang
diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang
digunakan
untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah
penelitian
tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan
pada
akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang
jelas
dan
terarah.
4.
Tujuan dan manfaat penelitian
a.
Tujuan: Kemukakan
secara singkat tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin
dicapai
dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan.
Tujuan
penelitian ini berkaitan dengan usaha mencari jawaban apakah tindakan
perbaikan
yang kita lakukan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sebagai
ilustrasi
dapat dilihat contoh berikut:
Contoh:
Masalah
yang dirumuskan: ”Bagaimana penerapan metode diskusi dan pemberian
tugas
pada mata pelajaran IPS di kelas VII Semester 2 dalam meningkatkan hasil
belajar
siswa?.
Tujuan
penelitiannya: 1) Mendiskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada
mata
pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2)
Mendiskripsikan bagaimana teknik pemberian tugas yang
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Contoh
ilustrasi 2.
Penelitian
tindakan kelas melalui kolaborasi antara dosen FKIP Unila (Bp. Sunyono)
dengan
guru SMA Swadhipa Natar (Ibu Siti Maryatun) dilakukan terhadap kelas X
Drs.
Sunyono, M.Si.
14
semester
2 SMA Swadhipa Natar dengan menerapkan metode eksperimen kimia
berbasis
lingkungan.
Masalah
yang dirumuskan: Apakah penerapan metode eksperimen berbasis
lingkungan
dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam
belajar
kimia?
Tujuan
penelitiannya: 1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran
kimia
di semester 2 kelas X dari siklus ke siklus.
2)
Meningkatkan aktivitas psikomotorik (keterampilan) siswa
pada
saat eksperimen di laboratorium dari siklus ke siklus.
b.
Manfaat Penelitian: Uraikan
manfaat PTK ini terhadap kualitas pembelajaran
dan/atau
pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan
mungkin
juga komponen sekolah lainnya. Lihat pembahasan sebelumnya.
5.
Kajian pustaka
Pada
bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan
menumbuhkan
gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan,
dan
hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah
yang
terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan
hipotesis
tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan.
Sebagai
contoh,
seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model
pembelajaran
berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas
dapat
dikemukakan:
a)
bagaimana teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang
mendukung /
mengemukakan
teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya,
dan
lain-lain.
b)
bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada
pembelajaran,
strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan
sebagainya.
c)
bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut
dengan
perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan
dipecahkan,
dan hendaknya dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
d)
bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan
model
tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.
Drs.
Sunyono, M.Si.
15
6.
Metode penelitian / Prosedur penelitian
Prosedur
penelitian hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi
dan evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang atau
siklus
tindakan. Tunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak dilakukan dengan
menguraikan
indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam setiap siklusnya. Jumlah
siklus
yang dilakukan bergantung pada kepuasan peneliti, tetapi hendaknya lebih dari
satu
siklus dan minimal 2 (dua) siklus tindakan. Perhatikan daur (siklus) PTK
berikut:
Rencana
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Siklus 1
Analisis
&
Refleksi
Perbaikan
Rencana
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Analisis
&
Refleksi
Siklus 2
DST
7.
Jadwal kegiatan penelitian
Jadwal
pelaksanaan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan
persiapan
siklus berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal
penelitian
sebaiknya dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu
yang
ditetapkan.
Drs.
Sunyono, M.Si.
16
8.
Personalia penelitian
Seluruh
tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, nip, pangkat /
golongan,
jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan tugas
pada
pelaksanaan PTK.
9.
Biaya penelitian
Berisi
rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti,
persiapan,
pelaksanaan
(pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data, dll), sampai pada
penyusunan
laporan.
10.
Daftar Pustaka
Semua
pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus
dituliskan
pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan
abjad
dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association
(APA).
•
Untuk buku teks: Nama penulis, Tahun., Judul buku., Penerbit, Kota penerbit.
•
Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama
penulis
diganti dengan sebutan ”Anonim”.
•
Untuk Jurnal/Majalah: Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah
(huruf
miring), No., Volume.
•
Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian: Nama Peneliti, Tahun., Judul
penelitian,
Jenis
penelitian., Sponsor/Sumber dana, Kota.
Contoh:
Anonim.,
2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan
Kelas
Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Duffy,
D.G., Show, S.A., Bare, W.D., and Goldsby, K.A., 1995. More Chemistry in a
Soda
Bottle, A Conversation of Mass Activity., Journal of Chemical
Education,
72
(8), 734 – 736.
Heri
Purwanto., 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan
Kemampuan
Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di
Jurusan
Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Inovasi
Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Sunyono,
2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1
SMA
Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan
Bahan
yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK &
KPT
Ditjen Dikti, 2005.
Vossen,
H., 1986. Kompendium Didaktik Kimia., Penerbit: CV. Remaja Karya.
Bandung.
Drs.
Sunyono, M.Si.
17
Mohammad,
T.,
2004.
Mengapa
Mengantuk
Saat
Belajar?.
http//www.myschoolnet.ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02/htm.,
Diakses
tanggal 23 Juli 2007.
11.
Lampiran
Pada
bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK,
umunya
meliputi:
1.
Instrumen Observasi dan Evaluasi
2.
Rancangan Pembelajaran (Silabus dan RPP)
3.
Curriculum Vitae Semua Tim Peneliti (jika kelompok)
4.
Lain-lain yang dianggap perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar